Dunia pendidikan lagi-lagi diterpa kemelut degradasi moral yang berkepanjangan. Pasalnya belumlah tuntas kasus-kasus yang menimpah para guru akibat pelaporan terhadap tindak kekerasan kepada murid. Lagi dan lagi dunia pendidikan harus berkabung atas meninggalnya guru kesenian dari Sampang yang diakibatkan tindak kekerasan dari salah satu oknum siswanya.
Berita ini kini menjadi sangatlah viral di medsos. Dari berbagai group medsos guru
Banyak yang menilai bahwa KPAI berat sebelah dalam menerapkan hukum kepada pelaku. Ini dikarenakan posisi pelaku masih dibawah umur.
Sejalan dengan kejadian itu, banyak komentar dari guru yang menghujat pelaku dengan berbagai ujaran yang sangat memojokkan. Perilaku ini dilakukan karena rasa geram guru setelah melihat berita tersebut.
Tidak sedikit guru yang memberikan empatinya kepada korban maupun keluarganya baik dengan penggalangan dana sosial bahkan sampai apresiasi puisi.
Berikut apresiasi puisinya.
*Muridku, Jangan Kau Ambil Nyawaku*
_Karya: Cecep Gaos_
Muridku...
Gajiku memang kecil. Tapi itu tak menghalangiku tuk memberikan yang terbaik untukmu. Sepenggal waktu yang kuambil dari keluargaku telah kuberikan padamu. Sekeranjang cinta yang kubawa dari rumahku, telah ku sajikan untukmu. Sekotak kasih sayang yang kucuri dari istriku telah kupersembahkan untukmu.
Muridku...
Mungkin kau tersinggung dengan teguranku. Bisa saja hatimu terluka oleh ucapanku. Jiwamu pun tercabik oleh lisanku. Jika memang seperti itu, maafkanlah aku.
Tapi muridku...
Semua itu, aku lakukan sebagai bukti cintaku padamu. Itu semua bentuk kasih sayang yang bisa kuberikan. Seperti cinta dan kasih sayang orangtuamu padamu, yang selalu mengharapkan anaknya berakhlak dan berilmu.
Muridku...
Jangan kau ambil nyawaku. Keluargaku di rumah sedang menungguku. Istriku yang sedang mengandung buah hatiku, sedang berharap cemas menanti kehadiranku. Ia mengharapkan kedatanganku, tuk membawa pulang sekeranjang cinta dan sekotak kasih sayang yang kucuri darinya untukmu.
Muridku...
Kini ku hanya bisa menatap istriku dari jauh, tanpa ku mampu mengusap linangan air matanya. Ku hanya bisa melihat kesedihannya yang mendalam, tanpa ku mampu memeluknya. Ku hanya bisa memandangi perutnya yang mulai membesar dengan penuh kegetiran, tanpa ku mampu mengusap dan menciumnya.
Muridku...
Kini ku hanya bisa berharap, semoga Tuhan selalu melindungi istri dan calon buah hatiku.
#CG @Karawang, 02-02-2018
*Puisi ini saya persembahkan sebagai doa dan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru SMAN 1 Torju Kab. Sampang, yang meninggal dianiaya oleh salah seorang muridnya.*
Semoga kejadian ini bisa memberikan hikmah yang sangat dalam Pada dunia pendidikan terutama pada orangtuanya yang sebagai ujung tombak dalam mendidik karakter anak-anaknya.
Berita ini kini menjadi sangatlah viral di medsos. Dari berbagai group medsos guru
Banyak yang menilai bahwa KPAI berat sebelah dalam menerapkan hukum kepada pelaku. Ini dikarenakan posisi pelaku masih dibawah umur.
Sejalan dengan kejadian itu, banyak komentar dari guru yang menghujat pelaku dengan berbagai ujaran yang sangat memojokkan. Perilaku ini dilakukan karena rasa geram guru setelah melihat berita tersebut.
Tidak sedikit guru yang memberikan empatinya kepada korban maupun keluarganya baik dengan penggalangan dana sosial bahkan sampai apresiasi puisi.
Berikut apresiasi puisinya.
*Muridku, Jangan Kau Ambil Nyawaku*
_Karya: Cecep Gaos_
Muridku...
Gajiku memang kecil. Tapi itu tak menghalangiku tuk memberikan yang terbaik untukmu. Sepenggal waktu yang kuambil dari keluargaku telah kuberikan padamu. Sekeranjang cinta yang kubawa dari rumahku, telah ku sajikan untukmu. Sekotak kasih sayang yang kucuri dari istriku telah kupersembahkan untukmu.
Muridku...
Mungkin kau tersinggung dengan teguranku. Bisa saja hatimu terluka oleh ucapanku. Jiwamu pun tercabik oleh lisanku. Jika memang seperti itu, maafkanlah aku.
Tapi muridku...
Semua itu, aku lakukan sebagai bukti cintaku padamu. Itu semua bentuk kasih sayang yang bisa kuberikan. Seperti cinta dan kasih sayang orangtuamu padamu, yang selalu mengharapkan anaknya berakhlak dan berilmu.
Muridku...
Jangan kau ambil nyawaku. Keluargaku di rumah sedang menungguku. Istriku yang sedang mengandung buah hatiku, sedang berharap cemas menanti kehadiranku. Ia mengharapkan kedatanganku, tuk membawa pulang sekeranjang cinta dan sekotak kasih sayang yang kucuri darinya untukmu.
Muridku...
Kini ku hanya bisa menatap istriku dari jauh, tanpa ku mampu mengusap linangan air matanya. Ku hanya bisa melihat kesedihannya yang mendalam, tanpa ku mampu memeluknya. Ku hanya bisa memandangi perutnya yang mulai membesar dengan penuh kegetiran, tanpa ku mampu mengusap dan menciumnya.
Muridku...
Kini ku hanya bisa berharap, semoga Tuhan selalu melindungi istri dan calon buah hatiku.
#CG @Karawang, 02-02-2018
*Puisi ini saya persembahkan sebagai doa dan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru SMAN 1 Torju Kab. Sampang, yang meninggal dianiaya oleh salah seorang muridnya.*
Semoga kejadian ini bisa memberikan hikmah yang sangat dalam Pada dunia pendidikan terutama pada orangtuanya yang sebagai ujung tombak dalam mendidik karakter anak-anaknya.