Banyak sekali dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Salah satu diantaranya adalah dalam al qur’an QS al mujadalah ayat 11;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani).Dari pandangan ayat tersebut diatas sudah barang tentu ilmu akan menjadi ukuran kesuksesan seseorang. Memperoleh kesuksesan kehidupan di dunia, ingin mendapatkan kehidupan yang baik, kehidupan yang mulia, kehidupan yang penuh kebahagiaan maka seseorang harus mencapainya dengan ilmu, dan begitu pula ketika seseorang ingin mendapatkan kehidupan yang yang baik, kebahagian yang kekal di akherat maka juga harus dengan ilmu. Ilmu adalah sumber kehidupan yang hakiki karena ilmu mampu merangkul dan menghantarkan kesuksesan di dunia dan akherat.
(مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني
"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.”(HR. Thabrani).Oleh karenanya ilmu yang bermanfaat itu tidak bisa kita dapatkan secara gratis. Jauh sebelumnya Imam Syafi'i sudah memberikan rambu-rambu tentang syarat menggapai ilmu yang bermanfaat Ingatlah, tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6 syarat, yaitu
- Kecerdasan
- Bersungguh-sungguh
- Sabar
- Biaya
- Petunjuk dari guru
- Waktu yang lama
1. Belajar dibutuhkan kecerdasan
Allah telah memberikan perangkat hidup kepada manusia yang berupa otak ini merupakan anugerah yang sangat besar karena otak ini diberikan secara gratis sebagai nikmat mauhibi artinya nikmat yang diberikn oleh Allah kepada manusia secara gratis dan tinggal pakai. Tetapi untuk kecerdasan otak manusia harus berusaha mencarinya dengan cara mempelajari ilmu.
( قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ) الزمر/ 9
“ … Apakah sama orang-orang yang mengerti dengan orang-orang yang tidak mengerti? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar :9)Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti berpedoman pada IQ-nya saja yang harus tinggi namun ada hal lain yang bisa jadi ukuran seperti EQ serta SQ, walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat yang pertama.
2. Belajar harus ada niat bersungguh-sungguh
Bersungguh-sungguh berarti ada kemantapan niat. Niat yang sempurna berarti menyengaja terhadap sesuatu dan dibarengi dengan perbuatan. contoh kecil perbuatan niat dan sungguh-sungguh adalah ketika Anda hendak berangkat sekolah dari rumah sudah menyatakan niat belajar dan mencari ilmu yang manfaat kemudian di sekolah dinyatakan dengan perbuatan belajar. Bukan datang kesekolah kemudian di sekolah acuh tak acuh dengan pelajaran.Sebuah pepatah arab mengatakan yang artinya "Barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan mendapati dari kesungguhannya". Mencari ilmu itu sangat sulit serta banyak rintangan yang harus dihadapi tidak mungkin seseorang itu berilmu ketika tidak berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan juga harus menjaga agar ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Semangat sungguh-sungguh ini harus diterapkan secara terus menerus, walaupun sudah berhasil meraih apa yang diimpikan. Karena orang yang berhasil adalah mereka yang justru tidak pernah berhenti berproses untuk menjadi lebih baik.
3. Belajar harus disertai sifat kesabaran yang tinggi
Sekali lagi saya tekankan bahwa mencari ilmu itu sangat sulit dibandingkan mencari harta. Mencari ilmu butuh perjuangan pengorbanan yang sangat besar oleh karenanya harus disikapi dengan sifat kesabaran yang sangat tinggi. Ingatlah "man shabara zafira", siapa yang bersabar, akan beruntung. Terus berusaha, lebih bersungguh-sungguh, pada satu jalan kebenaran, dan jangan lupa usaha keras yang kita lakukan harus diiringi dengan doa. Yakinlah bahwa kesungguhan akan membuahkan keberhasilan dan tetap semangat untuk bangkit dan arif memandang tantangan. Karena tidak mungkin ilmu didapat secara cepat, instan tanpa membutuhkan kesabaran.4. Belajar membutuhkan biaya
Menuntut ilmu memang dibutuhkan biaya dan biaya itu tidak sedikit, namun bukan berarti tidak mempuyai biaya tidak harus belajar. Salah kaprahnya sekarang banyak sekali orang tua yang mengeluhkan tentang mahalnya biaya sekolah sehingga banyak anak-anak yang putus sekolah dengan dalih masalah biaya.Setiap penuntut ilmu harus menyiapkan perlengkapan dalam kegiatan belajar. Dan perlengkapan tersebut tentunya memerlukan biaya. Namun biaya jangan di fahami harus punya uang yang banyak, biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya, pun tidak harus merupakan bekal materi. Dalam sejarah jaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan beliau adalah orang-orang yang tidak mampu, seperti Abu Hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir, Imam Syafi’i adalah seorang yatim yang miskin, dan banyak lagi kasus contohnya, biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar.
Banyak pula kisah para ulama mencurahkan segalanya begitu juga harta mereka, sampai-sampai ada ungkapan dari beberapa orang ulama salah satunya yaitu Syu’bah, beliau berkata,
مَنْ طَلَبَ الْحَدِيثَ أَفْلَسَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu hadist/belajar agama maka akan bangkrut”Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
لَا يَصْلُحُ طَلَبُ الْعِلْمِ إِلَا لِمُفْلِس
“Tidak layak bagi orang yang menuntut ilmu kecuali orang yang siap miskin/bangkrut”Ibnu Sa’ad berkata, aku mendengar Musa bin Dawud berkata,
أفلس الهيثم بن جميل في طلب الحديث مرتين
“Al-Haitsam bin Jamil bangkrut dua kali Ketika mencari hadits.”Ibnu ‘Adi berkata mengisahkan tentang Yahya Ibnu Ma’in,
كان معين على خراج الري، فمات، فخلف ليحيى ابنه ألف ألف درهم، فأنفقه كله على الحديث حتى لم يبق له نعل يلبسه.
“Ma’in [Ayah Yahya Ibnu Ma’in] terkena radang tenggorokan, kemudian meninggal, ia mewariskan untuk Yahya Ibnu Ma’in sebanyak 1.000.000 dirham, maka ia habiskan seluruhnya untuk mencari hadits sampai-sampai tidak ada yang tersisa kecuali sandal yang ia pakai.”Abdurrahman bin Abu Zur’ah berkata, saya mendengar ayahku berkata,
بقيت بالبصرة في سنة أربع عشرة ومائتين ثمانية أشهر وكان في نفسي أن أقيم سنة فانقطع نفقتي فجعلت أبيع ثياب بدني شيئا بعد شيء حتى بقيت بلا نفقة
“Aku menetap di Bashrah pada tahun 214 Hijriyah. Sebenarnya aku ingin menetap di sana selama setahun. Namun perbekalanku telah habis dan terpaksa aku menjual bajuku helai demi helai, sampai akhirnya aku tidak punya apa-apa lagi.” sumber muslimafiyah.comDari kisah tersebut kita bisa berkaca bahwa ilmu itu lebih berharga dibandingkan harta, shingga biaya tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
5. Belajar itu butuh petunjuk seorang guru
Belajar itu harus ada gurunya, belajar tanpa seorang guru maka yang di khawatirkan adalah syetan yang akan menjadi gurunya. Anda boleh mengatakan bahwa sekarang ini belajar tanpa bimbingan guru pun bisa tapi ingat ketika menemui jalan buntu maka Anda terjerumus pada jalan yang salah.Kalau kita ingat bahwa Nabi Muhammad saja ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril, ini menandakan bahwa seorang Nabi saja memeiliki pembimbing apalagi kita, sudah semestinya membutuhkan petunjuk guru.
Setiap pembelajar harus mematuhi petunjuk/bimbingan yang disampaikan guru selama itu merupakan suatu kebaikan. Seorang guru adalah orang tua kedua bagi penuntut ilmu, guru merupakan bapak ruhaniyah yang senantiasa mengarahkan, membimbing menjadi tauladan bagi murid-muridnya. bahkan tidak mungkir lagi bahwa kesuksesan dan keberhasilan seseorang adalah berkat jasa seorang guru . Karena pada dasarnya setiap guru tidak ada yang mengajarkan keburukan dan senantiasa mengarahkan kepada kebaikan. Selama guru mengarahkan kepada kebaikan maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk mematuhinya .yang demikian akan menjadikan penuntut ilmu mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
6. Belajar memerlukan waktu yang sangat lama
Lamanya waktu dalam masa belajar disini juga bukan berarti tanpa target, sebab orang belajar harus punya target, tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar. Dalam sebuah pendidikan formal satuan pembelajaran dikemas untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, namun perlu di ingat bahwa semua orang tidak sama dalam menuntaskan belajarnya pada waktu yang sama.Dalam skala non formal tidak ada batasan waktu untuk selalu belajar seperti ungkapan berikut " carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat". Belajar memerlukan waktu yang sangat
lama berarti belajar spanjang hayat.
Akhir kata Jika Anda benar-benar menerapkan 6 perkara ini pasti Anda akan berhasil dalam kesuksesan belajar. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS. Ar-Ra'd ayat 11.
Penting!. Ukuran kesuksesan belajar menurut Imam al-Ghazali tidak dipandang dari sisi kemampuan menghasilkan harta dan meraih kehormatan jabatan, akan tetapi orang yang belajar – apapun ilmu yang dipelajari, baik ulum al-din (ilmu-ilmu syari’at) atau ilmu-ilmu terapan sains – dikatakn sukses bila dia semakin sadar tanggung jawab dirinya kepada Allah, dan takut kepada-Nya. Sumber ilmu hakikatnya satu, yaitu wahyu. Maka sebenarnya tidak perlu ada dikotomi antar ilmu agama dan ilmu umum. Kedua-duanya adalah sarana untuk menuju kepada-Nya. Tujuan Pencarian ilmu adalah sebagai perhiasan batin dan memperindahnya dengan keutamaan-keutamaan untuk meningkatkan kualitas bertaqarrub kepada Allah. Penekanan pada suatu ilmu, hendaknya dimaknai memasang skala prioritas, dan prioritas mesti diukur dari sisi kepentingan dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat.