-->

Tulislah kata kunci yang Anda cari, Enter

Penting! Mendisiplinkan Siswa Melalui 3 Cara Ini
author photo
By On
Penting! Mendisiplinkan Siswa Melalui 3 Cara Ini
Tidak terbantahkan bahwa tugas guru memang sangatlah berat, mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai, mengevaluasi dll. Tugas yang berat ini tidak lantas menyurutkan seorang pendidik untuk mengindahkan profesinya. Meskipun guru sebagai orang tua kedua memliki peran yang sangat full terhadap perkambangan mental anak, buktinya tidak sedikit orang tua yang memasrahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru.

Sisi lain ironisnya, guru seringkali berada pada posisi yang dilematis, antara tuntutan profesi dan perlakukan masyarakat. Mereka dituntut untuk mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Namun tatkala mereka berupaya untuk menegakkan kedisplinan, mereka dihadang oleh UU Perlindungan Anak dan KPAI. Jika mereka gagal menegakkan kedisiplinan peserta didiknya dan gagal menghantarkan peserta didik pada pencapaian tujuan pendidikan, kembali pendidik akan menjadi kambing hitam dan tumbal atas kegagalan tersebut.

Tatkala guru ingin melakukan hukuman terhadap muridnya dalam rangka menegakkan kedisiplinan, maka secara sepontan orang tua dan masyarakat mengkategorikannya sebagai tindakan melanggar HAM dan UU Perlindungan Anak. Mereka kemudian melaporkan tindakan guru tersebut kepada polisi atau kepada KPAI Daerah (KPAID). “Dengan kekuatan tersebut, acapkali guru tidak mendapatkan perlindungan terhadap profesinya. Akibat adanya KPAID dan UU Perlindungan Anak, eksistensi guru berada pada posisi sangat pasif dan menjadi sosok yang serba salah.

Salah satu tugas utama dari mendidik anak adalah untuk mengembangkan disiplin. Guru sering mengingatkan siswa mereka ketika mereka mengganggu, merusak, tidak mengikuti instruksi, atau karena tidak dapat mengendalikan apa yang mereka katakan dan lakukan. Ini semua membutuhkan disiplin diri atau pengendalian diri. Anak-anak muda sangatlah impulsif.

Beberapa anak yang memiliki ADHD atau faktor biologis lainnya memperparah level impulsif ini. Bagian dari solusi untuk mengendalikan rasa impulsif adalah belajar disiplin. Disiplin adalah aset yang luar biasa untuk mengatasi tantangan hidup. Begitu banyak masalah dengan orang lain maupun pribadi yang dapat dihindari atau dikendalikan ketika seseorang memiliki kontrol diri.

Berikut 3 faktor sederhananya mendisiplinkan siswa:

1. Firm: ketegasan tidak berarti kekerasan
Ketegasan merupakan sikap yang diperlukan dalam berperilaku dan juga berkomunikasi. Seseorang yang memiliki sikap dan cara berkomunikasi yang tegas mampu menyampaikan perasaan dan pikiran mereka dengan sikap pantas dan langsung tepat sasaran.

Bersikap tegas adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan lebih efektif, mampu mempertahankan pendapat sendiri namun juga mampu menghargai hak dan keyakinan orang lain.

Cara guru dalam mendidik anak agar disiplin bisa dilakukan dengan ketegasan. Guru bisa menjelaskan bahwa setiap perilaku pasti ada konsekuensinya. Hal ini pun harus bisa dimengerti oleh anak, sehingga mereka bisa menjaga sikapnya di kehidupan sehari-hari.

Ketegasan sangat bermanfaat dalam menempa mental dan kreativitas berpikir anak kelak dalam menjalani kehidupannya. Secara mental, anak akan lebih siap menghadapi masalah, kreatif dalam pencarian solusi, tidak mudah menyerah pada keadaan, punya sikap dan tidak selalu bergantung kepada orang lain.

2. Fair: menempatkan sesuatu pada kondisi dan situainya
Keadilan juga harus menjadi sikap yang ditanamkan kepada anak biar mereka terbiasa disiplin. Keadilan dalam mendidik anak bisa diterapkan dalam berbagai hal. Termasuk di antaranya adalah terkait punishment and reward.

Saat anak melakukan kesalahan, konsekuensi yang sebelumnya telah dijelaskan harus diterapkan. Namun, jangan memberikan hukuman yang berat, perilaku yang kasar bukanlah cara mendidik anak yang baik dan efektif. Cukup dengan hukuman yang ringan, misalnya membaca Al-Quran, membaca dzikir, membersihkan sampah.

Guru yang memiliki fungsi sebagai pendidik, perlu mengetahui, memahami dan memilih bentuk hukuman (punishment) mana yang sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuat, yang menimbulkan penyadaran, efek jera dan tidak memberikan dampak psikologis bagi perkembangan anak. Hal ini sebagai rambu-rambu bagi guru dalam memberikan hukuman (punishment) kepada siswa yang melakukan pelanggaran.

Sama halnya ketika anak berlaku baik. Untuk mengefektifkan cara mendidik anak yang baik, pemberian hadiah merupakan sebuah keharusan. Dengan begitu, anak akan merasa kalau mereka tidak hanya memperoleh hukuman kalau salah, tapi mendapat hadiah saat bertindak baik.

3. Friendly: tetapi harus ada batasan
Terakhir, cara mendidik anak agar disiplin adalah dengan melakukan komunikasi yang menyenangkan. Dengan komunikasi yang baik dan menyenangkan, anak pun bisa mengingat setiap tindakan yang buruk akan memperoleh konsekuensinya dan perilaku baik bakal mendapatkan pujian serta hadiah.

Agar ada singkronisasi sebenarnya 3 faktor mendisiplinkan siswa ini tidak mutlak tanggung jawab seorang guru saja, namun orang tua juga berperan penting karena pendidikan disiplin bisa dimulai dari lingkungan keluarga.

Click to comment