-->

Tulislah kata kunci yang Anda cari, Enter

Diferensiasi Pembelajaran: Revisi PPA Kurikulum Merdeka 2024
author photo
By On
Diferensiasi Pembelajaran: Revisi PPA Kurikulum Merdeka 2024

Diferensiasi Pembelajaran

Berdasarkan hasil asesmen di awal pembelajaran, pendidik perlu berupaya untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian, bagi sebagian pendidik melakukan pembelajaran terdiferensiasi bukanlah hal yang sederhana untuk dilakukan. Sebagian pendidik mengalami tantangan karena keterbatasan waktu untuk merancang pembelajaran yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Sebagian yang lain mengalami kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan karena jumlah peserta didik yang banyak dan ruangan kelas yang terbatas.


Gaya belajar adalah preferensi cara belajar. Sebagaimana minat dan hobi, gaya belajar bisa berubah dan berkembang. Seseorang bisa memiliki lebih dari 1 preferensi cara belajar, yang bisa diterapkan pada situasi yang berbeda-beda. Dan justru lebih baik jika kita memperkaya dan mengembangkan gaya belajarnya, sehingga tidak terkungkung pada preferensi cara belajar yang itu-itu saja.


Mengapa seseorang perlu mengembangkan dan memperkaya gaya belajarnya? Karena kebanyakan tujuan belajar hanya bisa dicapai menggunakan kombinasi berbagai pendekatan: dengan membaca deskripsi, melihat contoh, kemudian dengan menirukan atau menerapkannya sendiri. Karena itu peserta didik perlu bisa menggunakan beragam gaya atau cara belajar.


Dengan demikian, pendidik sebaiknya tidak mengkategorikan peserta didik ke dalam kategori gaya belajar tertentu. Peserta didik tidak perlu dikategorikan atau diberi label sebagai "pelajar auditori" atau "pelajar visual" dan lain-lain. Jangan sampai peserta didik menjadi merasa/percaya bahwa gaya belajar tersebut adalah bagian dari "kepribadian" atau sesuatu dari dirinya yang tidak bisa diubah. Ini merugikan peserta didik karena mereka perlu bisa menggunakan berbagai cara belajar.


Pendidik juga tidak perlu membagi kelas menjadi kelompok gaya belajar. Apalagi membatasi tiap kelompok pada materi yang dianggap cocok dengan gaya belajar mereka. "Pencocokan" gaya belajar dengan materi belajar ini terbukti sebagai praktik yang tidak efektif, dan justru merepotkan pendidik serta bisa merugikan peserta didik. (Catatan: pengelompokan peserta didik dalam konteks pembelajaran terdiferensiasi sebaiknya dilakukan berdasarkan tingkat kesiapan dan kemampuan awal peserta didik, bukan gaya belajarnya.)


Dalam hal ini, yang bisa dan perlu dilakukan pendidik terkait gaya belajar adalah mengombinasikan bahan ajar dan metode yang bervariasi untuk mengajarkan sebuah topik: mulai dari penjelasan tertulis dan lisan, materi visual seperti gambar dan video, serta praktik atau penerapan untuk menyelesaikan sebuah masalah nyata. Dengan kombinasi yang kaya, peserta didik dengan preferensi belajar yang berbeda-beda akan lebih tertarik dan nyaman untuk belajar.


Pendidik dapat memilih strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik, maupun merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya. Namun demikian, hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang “pintar” dan tidak. Terbentuknya kelompok ini dapat menyebabkan diskriminasi peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sebagaimana teman-temannya yang lain. Demikian pula, pendidik sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya, mereka akan terus terpinggirkan.


Untuk menghindari dampak negatif sebagaimana dijelaskan di atas, hal yang dapat dilakukan ketika mengelompokkan peserta didik untuk keperluan pembelajaran terdiferensiasi sesuai dengan tahap capaian peserta didik, antara lain sebagai berikut. 

• Pembelajaran dalam kelompok kecil adalah metode yang biasa dilakukan peserta didik. Misalnya kelompok kecil dengan minat permainan pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan, kelompok kecil yang ditentukan secara acak untuk melakukan eksperimen pada mata pelajaran IPA, dan sebagainya.

• Pengelompokan berdasarkan kemampuan berubah sesuai dengan kompetensi yang menjadi kekuatan peserta didik, tidak permanen sepanjang tahun atau semester, dan tidak berlaku di semua mata pelajaran. Misalnya, di mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik A tergabung dalam kelompok yang masih butuh bimbingan, tetapi pada pelajaran IPA peserta didik A tergabung dalam kelompok yang sudah mahir.

• Bagi peserta didik yang sudah mahir perlu dipikirkan bentuk-bentuk tantangan yang lebih beragam, menjadi tutor sebaya bisa menjadi salah satu opsi, namun perlu dipikirkan bahwa tidak semua peserta didik memiliki kompetensi mengajar dan tanggung jawab memfasilitasi tetap sepenuhnya ada di pendidik.

• Perlu ada peran-peran beragam yang bisa dipilih oleh peserta didik untuk memperkaya atau mendalami kompetensi yang dibangun. Misalnya, di awal tahun ajaran pendidik mengajak peserta didik berdiskusi mengenai peran-peran apa yang dibutuhkan, setiap peran bisa diambil oleh peserta didik secara bergantian.


Proses pembelajaran terdiferensiasi ini sebenarnya merupakan proses alami yang terjadi di kegiatan belajar peserta didik di kelas. Pendidik setelah mengetahui kondisi peserta didik tentu akan menyesuaikan strategi pembelajarannya berdasarkan hasil asesmen awal yang dilakukannya. Dalam proses pembelajaran, salah satu diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik adalah diferensiasi berdasarkan konten/materi, proses, dan/atau produk yang dihasilkan peserta didik. 


Sebagai contoh, ketika mengajarkan materi tertentu, peserta didik yang perlu bimbingan dapat difokuskan hanya pada 3 (tiga) poin penting saja, sementara untuk peserta didik yang sudah cukup memahami materi dapat mempelajari seluruh topik; dan peserta didik yang mahir dapat melakukan pendalaman materi di luar materi yang diajarkan. Begitu juga dengan tagihan atau produk, peserta didik yang perlu bimbingan dapat bekerja kelompok dengan mengumpulkan satu lembar hasil kerja, sementara untuk peserta didik yang cukup mahir dapat mengumpulkan 5 (lima) lembar hasil kerja mandiri, dan peserta didik yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan power point dengan dilengkapi gambar dan grafis. Proses pembelajaran di atas, adalah contoh diferensiasi yang dilakukan pendidik berdasarkan konten/materi, proses, dan/atau produk.


Contoh diferensiasi pembelajaran 1, Contoh diferensiasi pembelajaran 2 unduh disini.

Click to comment